Ajakan "bermain" di toko antik
http://adriarani.blogspot.com/2011/12/ajakan-bermain-di-toko-antik.html
Saya dicarikan tempat menginap oleh Mbak Mita yang tempatnya tidak jauh dari tempat "janjian" menonton. Kenapa janjian? Bukan langsung lokasi menontonnya? Nah ini dia nih yang asik. Sebelum sampai ke wisma tempat istirahat kami, kami sempat melewati Kedai Kebun Forum. Oh ini dia nih lokasi yang ditulis di bukti pembayaran tiket. Pertunjukan dimulainya pukul 8 malam, dan kami harus standby dari pukul 7.30. Sampai di Kedai Kebun, kami diminta menunggu, katanya nanti ada bis yang akan mengantar kami. Bis? Kami mau dibawa ke mana? Lagi-lagi saya dibuat penasaran ketika membaca-baca booklet yang dibagikan sambil menunggu. Saya baca bagian jajaran crew. Ada posisi pemandu wisata? Memangnya kita mau dibawa ke mana?
Kira-kira pukul 8 lebih sedikit rombongan yang menonton pukul 6 sore kembali ke Kedai Kebun. Kami dibagikan tanda untuk dikalungkan di leher, dan digiring ke bis mini. Wah! Saya sangat bersemangat! Mau dibawa ke mana ya? Akal-akalan sok tau saya berpikir akan dibawa ke tempat yang masih ada di gang yang sama, Tirtodipuran. Hanya ada sekitar belasan penonton 1 kloter. Kami semua dijejali masuk bis. Mas Wulang Sunu sebagai pemandu wisata bergelantung di pintu bis sambil mengoceh dengan toa di tangan kirinya. Ia bercerita tentang beberapa gedung yang kami lewati, tapi lebih banyak melawaknya. Saya dan rombongan lain dibuat tersenyum senyum geli.
Dan benar saja! Tiba-tiba lampu menyala dan boneka-boneka beserta pemainnya sudah ada di antara barang-barang antik itu. Alunan musik lawas mengiringinya.Kisahnya sederhana. Tentang kisah cinta seorang pemuda yang sempat kehilangan kewarganegaraannya paska peristiwa G30S, karena mendapat kehormatan dikirim tugas belajar ke Rusia oleh Presiden Soekarno. Sebelum keberangkatannya ke Rusia, ia telah berjanji untuk menikahi kekasihnya di tanah air. Karena sedang berada di negara komunis saat peristiwa G30S, paspornya dicabut oleh pemerintah orde baru. Selama 40 tahun ia tidak dapat menghubungi kekasih dan keluarganya. Selama itu pula ia tetap memegang teguh janjinya pada kekasihnya. Dan ternyata pria ini masih hidup hingga saat ini, Pak Wi namanya. Sedangkan wanita yang dulu kekasihnya saat ini telah berkeluarga dan memiliki 4 orang cucu. Mbak Ria, konseptor, artistic director, art director, sekaligus pemain ternyata berhasil bertemu dengan Pak Wi di dunia maya. Memang kehebatan teknologi zaman sekarang! :) Pria kelahiran 1940 ini sekarang masih tidak menikah, dan bekerjan sebagai salah satu ahli metalurgi di Playa, Havana, Kuba.
"Karena cinta itu masih ada..."
Dan ini dia pementasan "Setjangkir Kopi Dari Plaja"
Segalanya detail sekali. Boneka yang digunakan berjumlah 5 buah. Sepasang Pak Wi & kekasih di kala muda dan sepasang di kala tua. Satu lagi adalah pria yang akhirnya menikahi kekasih Pak Wi. Pemain boneka kali ini dalam tampilan beda. Di pementasan sebelumnya, kostumnya hitam-hitam, sehingga tidak masuk dalam cerita. Sedangkan kali ini beda. Pakaian yang dikenakan sesuai dengan temanya yang lawas, kemudian disesuaikan dengan kondisi boneka. Ketika sudah tua, pemain laki-laki ikut menggunakan kacamata, sedangkan pemain perempuan menggunakan slayer yang diikat di leher. Rasanya lebih menyatu.
Usai menonton, semua penonton sempat berfoto-foto dan diwawancara oleh pihak Papermoon. Ada sajian wedang jahe dan gorengan juga di depan ruangan. Kami semua kembali ke bis dan diboyong lagi ke Kedai Kebun (meskipun si pemandu wisata sempat bilang kami akan dibawa ke tempat lain. Hahaha masih saja melawak). Pementasan ini menyisakan banyak hal. Rasanya masih terasa sampai ketika saya menulis ini. Terima kasih untuk seluruh rangkaian pementasan ini! Mulai dari penjemputan, di dalam bis, toko antik, pementasan, dan pemulangannya, semuanya keren! :) Lagi-lagi salut untuk Papermoon!
Berfoto dulu bersama Mbak Ria (tengah kanan) dan Mbak Mita (tengah kiri) :)
***********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar